7 Jul 2025

Senyuman Seorang Badui dan Harapan Akan Ampunan Ilahi

 Dalam riuhnya kehidupan, terkadang datang seseorang dengan pertanyaan sederhana—namun mengguncang dasar pemahaman dan menyentuh relung jiwa terdalam. Kisah ini datang dari seorang lelaki Arab Badui, pria desa yang mungkin tak memiliki gelar atau keilmuan tinggi, namun hatinya jernih, tulus, dan penuh harap kepada Rabb semesta alam.


Di suatu waktu yang tenang, seorang lelaki dari pedalaman datang menghadap Rasulullah ﷺ. Langkahnya sederhana, pakaiannya tak mencolok, namun di matanya terpancar keingintahuan yang dalam. Ia berdiri di hadapan sang Nabi, dengan suara lugunya bertanya:

> “Wahai Rasulullah, siapakah yang mengurus hisab seluruh makhluk?”

Nabi ﷺ menatapnya lembut dan menjawab:

> “Allah.”

Si Badui menunduk sejenak, lalu mengangkat wajahnya kembali.

> “Dia seorang diri?” tanyanya lagi, matanya menyiratkan keheranan sekaligus harapan.

> “Ya,” jawab Nabi ﷺ.

Dan saat itulah, sesuatu yang tak terduga terjadi…

Si lelaki Badui itu tersenyum. Senyumnya bukan sembarang senyum—senyum itu memancarkan ketenangan, kelegaan, dan rasa bahagia yang dalam. Rasulullah ﷺ yang melihat senyum itu pun heran dan bertanya:

> “Kenapa kamu tersenyum, hai Orang Badui?”

Dan jawaban sang Badui membuat langit seolah diam, bumi menunduk dalam takjub, dan hati manusia bergetar mendengarnya:

> “Seorang yang pemurah, jika menghisab, pasti akan banyak memaafkan…!!”

Subhanallah…

Nabi ﷺ tersenyum mendengar kalimat itu. Senyum yang penuh makna, senyum yang menggambarkan persetujuan dan kekaguman atas hikmah luar biasa dari seorang lelaki sederhana.

> “Engkau benar,” sabda Nabi ﷺ,

“Tidak ada yang lebih pemurah dibandingkan Allah SWT. Dialah Dzat yang Maha Pemurah dan Maha Pemaaf.”

Lalu Badui itu pun berpamitan, meninggalkan majelis Nabi ﷺ dengan hati yang lapang dan langkah yang ringan. Ia datang membawa tanya, dan pulang membawa keyakinan—bahwa Allah yang Maha Pemurah pasti akan menghisab dengan penuh ampunan.

Seketika, Nabi ﷺ menatap para sahabatnya dan berkata:

> “Ia sungguh pandai…!!”

Pelajaran yang Menggetarkan Jiwa

Dalam satu percakapan singkat itu, kita melihat sebuah kedalaman iman yang luar biasa. Seorang lelaki desa, yang mungkin dianggap awam oleh kebanyakan orang, mampu memahami satu sifat Allah yang agung: Kemurahan-Nya dalam menghisab hamba-hamba-Nya.

Allah bukan sekadar Hakim. Dia adalah Al-Ghaffar, Maha Pengampun. Dia bukan sekadar menghitung dosa, namun mencari alasan untuk mengampuni. Bahkan sebelum kita meminta, Dia telah membuka pintu taubat dan mengutus Nabi-Nya untuk mengajarkan kasih sayang, bukan sekadar hukum.

Betapa banyak dari kita yang takut kepada hari hisab, namun kisah ini mengingatkan: takutlah dengan penuh harap. Karena Allah bukan hanya adil, tapi juga penuh rahmat.

Penutup: Haraplah Kepada Yang Maha Pemurah

Wahai diri, jika seorang Badui saja bisa memahami betapa luasnya ampunan Allah, kenapa kita yang diberi ilmu dan wahyu enggan untuk berharap?

Mari kita gantungkan hati kita kepada Allah, Dzat yang menghisab dengan kasih sayang, bukan sekadar angka. Dan semoga, di hari ketika kaki gemetar, lisan kelu, dan amal kita tampak tak seberapa—kita masih bisa tersenyum seperti lelaki Badui itu, karena kita yakin:

> “Seorang yang pemurah, jika menghisab, pasti akan banyak memaafkan.”

اللهم إنك عفو كريم تحب العفو فاعفُ عنّا

Aamiin.


📌 Ingin kisah-kisah hikmah lainnya? Ikuti terus blog ini untuk inspirasi iman dan harapan di tengah dunia yang penuh ujian.

Share:

0 comments:

Posting Komentar

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog