Malam itu, gelap begitu pekat. Langit mendung menutup seluruh cahaya, dan padang pasir di sekitar Tabuk seperti tenggelam dalam keheningan dan kabut kegelapan. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam baru saja memisahkan diri dari rombongan. Para sahabat berjalan pelan, kaki mereka menginjak pasir yang dingin, mata mereka menatap ke depan, namun tak satu pun yang mampu melihat arah.
Di antara mereka, berdiri seorang lelaki—Hamzah bin Amr Al-Aslami. Tak ada obor, tak ada pelita, hanya gelap dan suara langkah-langkah yang khawatir. Lalu tiba-tiba, sesuatu yang luar biasa terjadi...
Cahaya meledak dari jari-jarinya.
Bukan karena api, bukan karena suluh, tapi cahaya murni—bersinar dari ujung lima jarinya. Cahayanya lembut, namun cukup untuk menembus gulita. Para sahabat yang awalnya tercerai-berai, segera berkumpul di belakangnya, mengikuti pancaran cahaya itu seolah mengikuti bintang di tengah malam.
"Tiba-tiba jari-jariku bercahaya," kata Hamzah, mengisahkan peristiwa itu.
"Orang-orang pun berkumpul di belakangku. Tidak ada seorang pun yang celaka karena jari-jariku menerangi perjalanan mereka."
Riwayat ini bukan dongeng. Imam Bukhari menuturkannya dalam At-Tarikh-nya. Baihaqi dan Thabrani pun menyampaikan kisah yang sama. Bahkan, dalam versi lain disebutkan: “Dari benda-benda mereka tidak ada yang terjatuh.” Seolah-olah bukan hanya manusia yang dituntun cahaya itu, tapi juga harta dan perbekalan mereka diselamatkan.
Ibnu Katsir menyebut, sanad riwayat ini jayyid—kuat dan baik. Al-Haitsami menambahkan, “Para perawinya tsiqat,” meskipun ada perbedaan pandangan tentang salah seorang perawinya, Katsir bin Zaid.
Namun kisah ini tak berhenti di satu malam.
Di medan Tabuk yang keras, saat pasukan kaum muslimin menghadapi ujian berat, para munafik kabur—membawa lari unta milik Rasulullah. Ketika mereka mencapai tanjakan, barang-barang mereka terjatuh—cambuk, tali, dan perbekalan lain berserakan di tanah.
Dan di saat genting itulah, sekali lagi... lima jari Hamzah menyala
Cahayanya menuntun bukan hanya manusia, tapi juga memudahkan pengumpulan kembali barang-barang yang tercecer. Ia bukan sekadar sahabat—ia menjadi lentera yang diturunkan dari langit.
Dalam gelap, Allah SWT tunjukkan siapa yang membawa cahaya.
Dalam sunyi, Allah SWT perlihatkan siapa yang menjadi penuntun.
Hamzah bin Amr Al-Aslami.
Jari-jarinya menjadi bukti bahwa pertolongan Allah SWT turun bagi mereka yang berjuang bersama Rasulullah SAW