6 Jul 2025

Ketika Rasulullah Menyalatkan Seorang Penjahat: Pelajaran Tentang Fitrah dan Ampunan Ilahi"

Di Balik Jenazah yang Dianggap Berdosa, Ada Cahaya Fitrah yang Menyala

Madinah sore itu diselimuti duka. Seorang lelaki telah meninggal dunia. Ia bukan orang yang dikenal banyak kebaikannya di tengah masyarakat. Bahkan, sebagian besar mengenalnya sebagai seorang yang berbuat banyak dosa. Namun yang mengejutkan adalah—Rasulullah ﷺ sendiri hadir dalam prosesi jenazahnya.

Manusia pun bertanya-tanya. Mengapa Rasulullah ﷺ, kekasih Allah, hadir di pemakaman seorang yang mereka anggap ahli maksiat? Apa yang beliau lihat dari sosok ini, yang tak mereka lihat?

Umar bin Khaththab, Sang Penegak Kebenaran, Angkat Suara

Saat jenazah hendak dishalatkan, Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu, sosok yang sangat mencintai kebenaran dan membenci kemunafikan, angkat suara:

> "Wahai Rasulullah, janganlah engkau shalati dia. Dia seorang penjahat!"

Ucapan Umar menggema. Di antara para sahabat, ia memang dikenal sebagai pribadi yang tegas dan keras terhadap para pelaku dosa. Dalam benaknya, bagaimana mungkin orang seperti itu pantas untuk dimuliakan dengan shalat jenazah oleh utusan Allah?

Namun, apa yang terjadi kemudian menjadi pelajaran yang mengguncang jiwa siapa pun yang mendengarnya.

Satu Kalimat yang Menyelamatkan

Rasulullah ﷺ memandang kepada para sahabat. Dengan tenang namun dalam, beliau bersabda:

> "Adakah di antara kalian yang melihatnya pernah melakukan satu amalan Islam dalam hidupnya?"

Hening. Hanya desir angin gurun yang terdengar. Tapi kemudian, dari kerumunan, seorang sahabat mengangkat suara:

> "Ya, wahai Rasulullah. Aku pernah meronda malam bersamanya di medan jihad."

Seketika suasana berubah. Satu amalan. Satu malam berjaga di jalan Allah. Itulah yang menjadi saksi bahwa fitrah keislamannya masih hidup.

Rasulullah ﷺ pun menyalatkan jenazahnya. Beliau menaburkan debu ke tubuh lelaki itu dengan tangannya sendiri. Kemudian dengan suara yang berat oleh rahmat, beliau bersabda:

> "Sahabat-sahabatmu mengira engkau adalah ahli neraka, dan aku bersaksi bahwa engkau adalah ahli surga."

Fitrah: Cahaya yang Tidak Pernah Padam

Lalu, beliau berpaling kepada Umar bin Khaththab dan bersabda:

> "Janganlah kamu bertanya mengenai amalan manusia, tetapi bertanyalah tentang fitrahnya."

Sebuah kalimat yang menyentuh inti jiwa manusia. Rasulullah ﷺ mengajarkan kita bahwa sehebat apa pun kita dalam menilai lahiriah seseorang, hanya Allah yang Maha Tahu isi hatinya.

Mungkin seseorang tampak buruk di mata manusia. Tapi bisa jadi ia pernah melakukan satu amalan kecil yang diterima Allah, satu amal ikhlas yang menjadi pembela di akhirat.

Dan sebaliknya, mungkin seseorang terlihat sangat saleh, namun niat dan amalannya tercemar oleh riya dan kesombongan.

Pelajaran Untuk Kita Semua

Kisah ini bukan hanya tentang si mayit. Tapi tentang kita semua. Tentang bagaimana kita sering terburu-buru menghakimi orang lain. Tentang bagaimana kita terkadang lupa bahwa Islam dibangun bukan atas dasar sempurna atau tidaknya amalan, tapi atas dasar tauhid, niat, dan fitrah.

Rasulullah ﷺ tidak membela kemaksiatan. Tapi beliau membela harapan. Beliau mengajarkan bahwa fitrah keislaman, seberapapun kecilnya, punya tempat besar di sisi Allah.

Penutup: Jangan Hakimi, Tapi Doakan

Jika kita melihat seseorang tenggelam dalam dosa, jangan langsung mencapnya sebagai penghuni neraka. Bisa jadi ia menangis di malam hari, memohon ampun yang tak pernah kita saksikan. Bisa jadi ia memiliki satu amal tersembunyi yang Allah cinta.

Dan saat seseorang telah meninggal dunia, jangan sibuk membuka aibnya. Jangan mengungkit masa lalunya. Tapi bukalah doa, dan kenang satu saja kebaikan yang pernah ia lakukan. Karena bisa jadi, satu kebaikan itu lebih berat timbangannya dari segala dosa yang kita lihat.

> "Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridhai-Nya."

(QS. Al-Fajr: 27–28)

Share:

0 comments:

Posting Komentar

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog